KULTUR SEKOLAH
kultur dalam artian adalah totalitas dalam sebuah organisasi, way of life, termasuk nilai-nilai, norma-norma dan karya-karya yang diwariskan antar generasi. Kultur merupakan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh individu dan kelompok yang dapat ditunjukkan oleh perilaku organisasi yang bersangkutan.
Kultur sekolah adalah pola nilai, keyakinan dan tradisi yang terbentuk melalui sejarah sekolah (Deal dan Peterson, 1990). Stolp dan Smith (1994) menyatakan bahwa kultur sekolah adalah pola makna yang dipancarkan secara historis yang mencakup norma, nilai, keyakinan, seremonial, ritual, tradisi dan mitos dalam derajat yang bervariasi oleh warga sekolah. Kultur sekolah adalah budaya sekolah yang menggambarkan pemikiran-pemikiran bersama (shared ideas), asumsi-asumsi (assumptions), nilai-nilai (values), dan keyakinan (belief) yang dapat memberikan identitas (identity) sekolah yang menjadi standar perilaku yang diharapkan. Lembaga sekolah sebagai pihak internal seharusnya membangun kultur sekolah berdasarkan pemikiran-pemikiran lembaga yang ditunjang oleh gaya kepemimpinan kepala sekolah, perilaku guru dan siswa serta pegawai dalam memberikan layanan kepada para siswa, orang tua, dan lingkungannya sebagai pihak eksternal. Kultur positif sekolah seharusnya menjadi kekuatan utama dalam mengarahkan seluruh warga sekolah menuju perubahan-perubahan positif. Pada umumnya setiap sekolah telah memiliki kulturnya sendiri namun sekolah yang berhasil adalah sekolah yang memiliki kultur positif yang sejalan dengan visi dan misi sekolah.
Dalam upaya meningkatkan mutu sekolah dituntut untuk terus menerus melakukan perbaikan, pengembangan kualitasnya melalui peningkatan kultur sekolah. Kultur sekolah memegang peranan penting dalam peningkatan mutu karena memiliki empat fungsi, yaitu:
1. Sebagai alat untuk membangun identitas (jati diri).
2. Kultur sekolah akan mendorong warga sekolah untuk memiliki komitmen yang tinggi.
3. Kultur sekolah akan mendorong terbentuknya stabilitas dan dinamika sosial yang berkualitas. Hal ini penting agar lingkungan sekolah menjadi kondusif tidak terganggu oleh konflik yang akan menghambat peningkatan mutu pendidikan.
4. Kultur sekolah akan membangun keberartian lingkungan yang positif bagi warga sekolah.
Dalam membangun kultur, sekolah tidak dapat berdiri sendiri tetapi memerlukan kerjasama dengan mitra kerjanya yaitu orang tua siswa, komite sekolah dan para pemangku kepentingan lainnya.
Sekolah harus menjadi learning organization yang melakukan pembelajaran untuk mencapai apa yang diinginkan, yakni dengan mengajak semua warga sekolah mengembangkan sistem dan pola berpikir yang lebih baik. Disamping itu sekolah harus perlu melakukan evaluasi diri agar untuk menjadi dasar perencanaan untuk \membangun kultur yang tepat sesuai dengan kondisi nyata.
Menetapkan Visi, Misi, Tujuan dan Strategi Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan sekolah perlu merumuskan visi, misi, tujuan dan strategi. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 19 tahun 2007 tentang standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, visi adalah cita-cita bersama warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan pada masa yang akan datang yang mampu memberikan inspirasi, motivasi dan kekuatan pada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan untuk mencapainya. Misi sekolah adalah segala sesuatu yang harus dilakukan untuk mewujudkan visi. Tujuan sekolah menggambarkan tingkat kualitas yang ingin dicapai dalam jangka waktu menengah. Strategi adalah cara-cara yang dilakukan sekolah untuk mencapai tujuan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Visi, misi, tujuan dan strategi sekolah perlu dijadikan acuan oleh segenap warga sekolah agar menjadi daya dorong untuk melakukan setiap kegiatan dalam rangka mencapai tujuan sekolah.
Membangun dan Memelihara Fisik Sekolah
Kultur sekolah mencerminkan budaya dan perilaku dan moral sekolah sebagai sebuah lembaga. Terdapat tiga komponen yang dapat menggambarkan karakteristik tersebut (Zamroni, 2009)
Artifak dan Simbol-simbol, bagaimana bangunan sekolah dihias, didekorasi dan dan dirawa
Nilai-nilai (values), bagaimana warga sekolah berperilaku dan bertindak saat melakukan pekerjaan, berinteraksi dan berkomunikasi
Asumsi-asumsi, adalah keyakinan termasuk agama yang secara tidak disadari dan alami dimiliki oleh setiap warga sekolah
Sekolah seyogyanya mengusahakan agar komponen-komponen tersebut tidak menjadi kontraproduktif karen
Menggunakan artifak dan symbol yang sudah rusak dan usang sehingga tidak memberikan nuansa positif dan kepedulian pada proses pembelajaran dan pendidikan untuk sisw
Tidak atau kurang menerapkan nilai-nilai dalam setiap kegiatan sekolah, kurangnya membangun tanggung jawab dan toleransi dalam setiap kegiatan sekolah
Memiliki asumsi, pendapat atau keyakinan yang berdampak negatif seperti
a. Pandangan yang memberikan label bahwa banyak siswa yang bodoh, tidak belajar, malas
b. Pendapat yang menyatakan bahwa orang tua siswa tidak peduli dengan pendidikan putra-putrinya
c. Asumsi yang menyatakan bahwa orang tua siswa sekarang tidak peduli tentang pendidikan
Kultur sekolah tidak hanya dapat direfleksikan oleh bangunan fisik semata namun juga oleh aspek psikologis yang dapat mengkondisikannya sebagai tempat belajar siswa dan mengajar guru.
Penerapan Nilai-nilai dan Agama
Sebagai sebuah organisasi, sekolah adalah lembaga budaya yang tidak hanya memberikan pengajaran namun sangat penting untuk memberikan pendidikan kepada segenap warganya. Para guru yang professional melakukan tugasnya untuk mengajar, mendidik, membimbing, melatih, menggerakan bahkan mengarahkan para siswa agar kelak menjadi manusia yang cendikia, mandiri dan berbudi pekerti luhur. Diharapkan siswa kelak akan menjadi generasi yang akan ikut serta membangun dan dan memimpin bangsa. Sekolah sebuah organisasi dengan demikian perlu membangun kultur sekolah yang baik, sehat, dan positif.
Dalam membangun kultur sekolah yang baik, sehat dan positif perlu didasari oleh pengakuan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan Yang Maha Esa sehingga segala apa yang dilakukan selalu diniatkan untuk beribadah kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama yang dianutnya. Keyakinan dan nilai-nilai agama akan memberikan arahan untuk bekerja dan melakukan perbuatan yang diridhoiNya. Hal ini akan memberikan dampak positif kepada warga sekolah agar segala perbuatannya dapat dipertanggungjawabkan tidak hanya kepada manusia semata tapi mendapatkan nilai lebih di mata Tuhan Yang Maha Esa.
Implementasi Kultur Sekolah Untuk Peningkatan Mutu
Peningkatan mutu yang ingin dicapai melalui pengembangan kultur sekolah dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu melalui proses pembiasaan dan meningkatkan pembiasaan tersebut menjadi sebuah sistem.
1. Pembiasaan
Pada pembiasaan semua tingkal laku yang bernilai kemuliaan tersebut masih berupa tindakan yang memerlukan arahan, kontrol dan penyadaran dari orang lain. Contoh cara-cara yang bisa dilakukan sekolah dalam membentuk pembiasan adalah :
a. Sekolah menciptakan induk tata tertib
Induk tata tertib adalah sebuah pola pengaturan terpadu yang mengkorelasikan segala macam tata tertib yang mengatur tugas perbagian di sekolah.
b. Pembudayaan sopan santun
c. Membangun kesadaran siswa, dll.
2. Mengubah Pembiasaan Menjadi Sistem
Untuk bisa melestarikan pembiasaan dan mengubahnya menjadi sistem ada beberapa contoh cara yang bisa ditempuh;
a. Mengaplikasikan jiwa keteladanan
Jiwa keteladanan yang harus teramati adalah adalah dari orang-orang penting di sekolah seperti kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan guru-guru senior.Tanpa kecuali tokoh-tokoh tersebut harus berperan aktif bagi terciptanya sistem bertingkah laku terpuji di sekolah.
- Menciptakan Sekolah Sebagai Wawasan Wiyata Mandala
Wawasan wiyata mandala adalah lingkungan kehidupan sekolah yang bercorak edukatif yang diposisikan dalam sentral kehidupan, menjadi poros utama yang harus dipedomani dalam bertingkah laku.
- Aplikasi Sistem Penghargaan dan Hukuman
Dirumuskan dan dibakukan serta diaplikasikan secara konsisten.
- Berbagai hal yang berkaitan dengan penyimpangan dalam tugas dipetakan sehingga teramati oleh semua warga sekolah untuk dilakukan perbaikan.
Kesimpulan
Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan seyogyanya memiliki kultur sekolah yang positif agar secara terus menerus dapat meningkatkan mutunya. Kultur sekolah yang positif akan menyemaikan nilai-nilai kehidupan dan kemanusiaan sehingga sekolah benar-benar dapat menjadi agen perubahan untuk menjadikan manusia Indonesia yang utuh, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Kultur sekolah harus dibangun berlandaskan visi, misi dan tujuan sekolah dengan menerapkan manejemen partisipatif dan terbuka sehingga benar-benar dipahami dan dihayati oleh seluruh warga sekolah dan para pemangku kepentingan sehingga dapat diimplemntasikan secara ikhlas dan konsisten untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan dalam visi dan tujuan sekolah.
Jika diimplementasikan dengan baik dan konsisten, kultur sekolah dapat meningkatkan kualitasnya secara terpadu untuk kepuasan pelanggan, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal.
Referensi :
Ariefa Efianingrum. Kultur Sekolah.Jurnal Pemikiran Sosiologi Volume 2 No.1 , Mei 2013
Komentar
Posting Komentar